Harga Minyak Goreng Naik, Masyarakat Cenderung Tak Tertarik Hilirisasi Sawit

02-02-2022 / KOMISI VII
Anggota Komisi VII DPR RI Diah Nurwita Sari dalam rapat kerja Komisi VII DPR RI dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Foto: Kresno/nvl

 

Anggota Komisi VII DPR RI Diah Nurwita Sari menilai masyarakat pada umumnya tidak tertarik dengan hilirisasi sumber daya alam, khususnya tanaman sawit serta produk turunannya. Sebab, menurutnya, masyarakat selalu menanyakan jika hilirisasi sawit menghasilkan produk yang luar biasa tapi kenapa minyak goreng saja susah didapatkan terlebih harganya sangat tinggi saat ini.

 

“Kalau kita ketemu masyarakat, mereka tidak tertarik hilirisasi sawit itu sekarang bisa jadi apa. Tetap aja bolak balik tanya lagi, katanya dari hilirisasi sawit punya kita luar biasa kok minyak gorengnya susah, harganya naik,” ujar Diah dalam rapat kerja Komisi VII DPR RI dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (2/2/2022).

 

Karena itu, ia sekaligus mempertanyakan di mana keberpihakan pemerintah sebagai regulator untuk mengatur supply and demand ketersediaan minyak goreng di masyarakat. “Jadi, bukan berarti hilirisasi sawit tidak berarti. Tapi tetap ada kebutuhan masyarakat yang harus kita perhatikan,” tambah Diah.

 

Karena itu, terkait hilirisasi tidak hanya terkait dengan jumlah Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki, tapi juga tergantung kesiapan sarana-prasarana atau manufaktur yang akan mengolah di sisi hilir tersebut untuk menghasilkan nilai tambah. Sejauh ini, menurut Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) DPR RI tersebut, hilirisasi yang baru bisa dioptimalkan baru sebatas pada proses smelter.

 

Barang tambang yang telah melalui proses pengolahan tersebut langsung diekspor, tanpa diolah kembali secara lebih lanjut. “Karena itu, hilirisasi ke produk industri yang lebih jauh lagi ini menjadi tantangan di Kemenperin yang harus kita dorong,” ujar legislator dapil Jawa Barat II tersebut.

 

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai industri kelapa sawit menunjukkan progres hilirisasi yang sangat baik. Pada 2021, rasio volume ekspor bahan baku terhadap produk hilir adalah 9,27 persen bahan baku dibandingkan 90,7 persen produk hilir. Lalu untuk ragam jenis 2021 terdapat 168 jenis kelapa sawit.

 

“Hilirisasi kelapa sawit menjadi penting karena minyak sawit yang diolah menjadi margarin menghasilkan nilai tambah dua kali lipat. Sedangkan kelapa sawit yang diolah menjadi sabun mandi menghasilkan nilai tambah tiga kali lipat apalagi jika kelapa sawit diolah menjadi produk kosmetik mendapatkan nilai tambah 6 kali lipat,” jelas Menteri Agus. (rdn/sf)

BERITA TERKAIT
Komisi VII Minta Pemerintah Perluas Keterlibatan UMKM dalam Program MBG
08-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, mendorong pemerintah untuk memperluas keterlibatan pelaku Usaha Mikro, Kecil,...
Komisi VII Dorong Skema Royalti Lagu Diatur Ulang
07-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty menyoroti pentingnya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) namun...
Khawatir Status UNESCO Dicabut, Kaji Ulang Izin Resort di TN Komodo
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mengkaji ulang pemberian Izin...
Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Industri Harus Jadi Lokomotif Pemerataan
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, menyampaikan apresiasi atas capaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen...